Bahaya Suka Dipuji Orang Lain
Pujian
memang terkadang sungguh mengasyikkan yaa.. kamu juga pasti suka dengan pujian,
terkadang pun kamu merelakan menghabiskan banyak uang untuk mencapai pujian
dari orang lain seperti baju yang limited edition misalnya, perawatan wajah supaya
mulus dan glowing, walaupun bukan kamu tapi orang-orang disekitarmu kebanyakan
begitu ga sih ?
Diceritakan,
disamping Rasulullah SAW ada orang yang memuji-muji temannya. Lalu, Rasulullah
mengingatkannya, kata beliau, “Celakalah
kamu ! Kamu telah memotong leher saudaramu itu, kalau ia mendengar ia tidak
akan senang.” Kemudian beliau melanjutkan, “Kalaulah kamu harus memuji saudaramu, lakukanlah itu secara jujur dan
objektif” (HR. Bukhari Muslim).
Hadist
diatas mengingatkan kamu agar tidak sembarang memuji atau memberikan pujian
sekedar asal bapak senang (ABS). Pujian
semacam itu selain tidak mendidik, juga sangat bertentangan dengan
norma-norma agama. Pujian yang dilakukan secara berlebihan menjadi bagian dari
bencana lidah (min afat al lisan) yang sangat berbahaya.
Dalam
buku Ihya “Ulum al-Din, Imam Ghazali menyebutkan enam bahaya (keburukan) yang
mungkin timbul dari budaya ABS itu. Dikatakan, empat keburukan kembali kepada
orang yang memberikan pujian, dan dua keburukan lainnya kembali kepada orang
yang dipuji
Bagi
pihak yang memuji, keburukan-keburukan itu berisi beberapa kemungkinan. Pertama,
ia dapat melakukan pujian secara berlebihan sehingga ia terjerumus dalam dusta.
Kedua, ia memuji dengan berpura-pura menunjukkan rasa cinta dan simpati yang
tinggi padahal sesungguhnya dalam hatinya tidak.
Disini,
ia berbuat hipokritik dan hanya mencari muka. Ketiga, ia menyatakan sesuatu
yang tidak didukung oleh fakta, ia hanya
membual dan bohong belaka. Keempat, ia telah membuat senang orang yang dipuji padahal
ia orang jahat (fasik). Orang jahat, kata Ghazali, jangan dipuji biar senang,
tetapi harus dikritik biar intropeksi.
Sedangkan
bagi pihak yang dipuji terdapat dua keburukan yang bisa timbul. Pertama, ia
bisa sombong (kibr) dan merasa besar sendiri (‘ujub). Keduanya, kibr dan ‘ujub
merupakan penyakit hati yang mematikan.
Kedua,
ia bisa lupa diri dan lengah karena mabuk pujian. Menurut Ghazali, orang yang
merasa besar dan hebat, pasti ia lengah. Karena sudah hebat ia merasa tidak
perlu bersusah payah dan bekerja keras. Kerja keras hanya mungkin dilakukan
oleh orang-orang yang merasa banyak kekurangan dalam dirinya.
Kata
Ghazali, pujian boleh dilakukan asalkan dapat terhindar dari
keburukan-keburukan. Bahkan, terkadang pujian itu diperlukan. Rasulullah SAW
pernah memuji Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan sahabat-sahabat beliau yang
lain. Namun, pujian beliau dilakukan dengan jujur dan penuh kearifan. Beliau juga
sadar betul bahwa pujiannya tidak akan menjadikan para sahabatnya itu sombong.
Agar
tidak mabuk karena pujian, seseorang perlu mengenali dirinya sendiri. Ia tentu
lebih tahu dirinya sendiri ketimbang orang lain yang memuji. Dengan begitu, ia
tidak akan lengah, karena sadar tidak semua pujian yang dialamatkan kepadanya
sesuai dengan kenyataan.
Dikatakan,
seseorang telah memuji Imam Ali bin Abi thalib. Lalu katanya, “Aku tidak sebagus yang kamu katakan”. Dalam
kesempatan lain, ketika banyak menerima pujian, berakhir justru berdoa, “Ya Allah, ampunilah aku atas perkataan
mereka, dan jangan Engkau siksa aku gara-gara mereka. Berikanlah kepadaku
kebaikan dari apa yang mereka sangkakan kepadaku.”
Sumber
: Eramuslim
Komentar
Posting Komentar