Makna Perayaan Tahun Baru Bagi Islam
Assalamualaikum sobat…., sudah lama tidak berjumpa yaa dan ga terasa udah tahun baru aja nih, rasanya waktu begitu cepat berlalu yaa.. it’s okay, semoga ditahun 2020 ini, kamu tetap Istiqomah dan bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya yaa.. oke, karna masih suasana tahun baru nih, saya mau memberikan sedikit artikel, apakah boleh merayakan malam pergantian tahun bagi muslim? dan kalo ga boleh kenapa ya alasannya ? .
Pertama-tama, saya ingin sedikit
bercerita terlebih dahulu, moment tahun
baru pasti sangat dinanti-nanti yaa bagi sebagian kalangan, dan berbagai cara
yang dilakukan untuk merayakannya dengan sangaaat meriah, malam yang biasanya
sunyi menjadi bising akan suara-suara meriahnya malam tahun baru, banyak konser
dimana-mana, so pasti yang ga akan dilewatkan oleh para remaja, pemuda-pemudi
sekarang kan yaa.., sebenarnya kamu berpikir ga di balik kemeriahan akan
pergantian tahun tersebut terdapat momok dan hal yang menyeramkan, iyaaa.. pada
malam itu banyak pasangan-pasangan (yang belum halal pastinya) keluar untuk
merayakannya dan kamu terpikir ga
hal-hal yang mungkin akan terjadi ? yaps… banyak pesta seks berkeliaran
gaesss.., dan tak jarang juga terkadang miras juga meraja lela, yaa coba aja
kamu pikirkan, malam-malam mereka berpesta bersama-sama ada yang berdua-duaan
dan pastinya kalo berduaan ada yang ketiga nya kan ? yess itu adalah “setan”
ihhh serem ga sih, tahun baru tapi malah mereka melakukan hal yang tak pantas
begitu ? terkadang saya tak mengerti jalan pikiran yang begitu, apakah “melepas
keperawanan” merupakan kebanggaan di tahun baru ? aahh tak tau lah,, yuuk.. kembali
ke topik awal gaess..
Do u know gaess.. di Islam Cuma ada 2
perayaan terbesarkan ? yaa.. perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, kalo
kamu bertanya-tanya “loh kenapa ? kan kita ga menganggap sebagai hari raya, Cuma
sekedar merayakannya saja dan itu ga selalu hari raya”. Emang benar sobatku..
pertama-tama kalo gitu saya mau nanya tahun baru itu bersamaan dengan hari raya
umat lain ga? Iya kan gaes.. itu termasuk perayaan serentak hari raya nasrani, katholik, lah apa bedanya dengan kamu
? kamu berpikir ga kalo secara tidak langsung, kamu juga merayakan hari raya
mereka ? aduuuhh gaess.. lagian nih yaa.. selain kedua hari raya islam, muslim
dilarang untuk ikut-ikutan merayakannya, apalagi itu termasuk salah satu bagian
dari tradisi orang kafir yang berbeda keyakinan denganmu alias non muslim.
Pertama,
Ketentuan Hari Raya Dalam Ajaran Islam.
Berbicara tentang hari raya, bagi seorang
muslim, yang namanya adat atau budaya tidak hanya sekedar begitu saja, namun
harus sesuai dari ketetapan hukum, karena Allah SWT yang telah mengatur semua
syariat berikut, kapan dan bagaimana orang Islam merayakan sesuatu, Allah telah
menyampaikannya melalui Rasul-Nya.
Dalam sebuah riwayat dari Anas bin
Malik, ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduknya memiliki dua
hari raya dimana mereka bermain di dalamnya. Maka beliau bertanya:
“ ‘Dua hari apa ini ?’ mereka menjawab, ‘
dahulu semasa jahiliyah kami biasa bermain di dua hari ini.’ Beliau pun
bersabda, ‘sungguh Allah telah menggantikannya dengan dua hari yang lebih baik,
yaitu Idul Fitri dan Idul Adha;. ” (HR Abu Dawud)
Kemudian, hadist dari Aisyah R.A,
Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar :
“Sesungguhnya bagi setiap kaum ada hari
rayanya dan ini adalah hari raya kita” (HR. Bukhari-Muslim)
Hadist diatas menjelaskan bahwa umat
Islam dilarang keras merayakan hari raya orang-orang kafir. Sebelum Nabi SAW
datan ke Madinah, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Madinah merayakan hari
raya orang-orang Persia, atau yang disebut dengan hari Raya Nairuz dan
Mihrajan. Walaupun hari raya tersebut sudah menjadi tradisi dan adat kebiasaan
masyarakat setempat, Rasulullah SAW tetap melarangnya, karena hal itu dapat
mengganggu ‘izzah (kehormatan) dan kekokohan iman kaum muslimin.
Umar bin Khattab berkata, “ hindarilah
musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka.” (HR Al-Baihaqi)
Abdullah bin ‘Amr berkata, “barangsiapa
yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu dia merayakan pesta Nairuz
mereka dan hari raya Mihrojan mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati
dalam keadaan seperti itu maka dia akan dikumpulkan bersama mereka di hari
kiamat” (Ahkam Ahlidz Dzimmah, 1/723)
Nah, Kemudian Gimana Dengan Perayaan
Tahun Baru
Malam pergantian tahun baru adalah saat yang
paling dinantikan bagi sebagian kalangan dan banyak orang kan ? yang identik
dengan perayaan meriah. Para masyarakat yang mengira tahun baru merupakan awal
dari kehidupan baru dan disambut dengan keceriaan tanpa sadari sebenarnya
mereka lupa ataupun belum tau jika perayaan tersebut sejatinya tidak dibenarkan
di dalam Islam. Karena meskipun sudah dianggap sebagai adat kebiasaan, perayaan
tahun baru banyak mengandung unsure-unsur penyimpangan terhadap hukum syar’i.
di antara hal yang cukup mendasar adalah :
1.
Perayaan
Tahun Baru Adalah Tradisi Jahiliyah
Perlu kamu
ketahui, perayaan tahun baru merupakan perayaan besar bangsa pagan Romawi yang
dilakukan setiap memasuki awal tahun, pesta tersebut mereka peruntukkan untuk
menghormati Dewa Janus (Januari), yaitu Dewa yang digambarkan bermuka dua
sehingga ia bisa melihat ke depan dan ke belakang secara bersamaan. Kedua muka
tersebut juga membuatnya dapat melihat ke masa lalu dan masa depan.
Pesta tahun baru
1 Januari pertama kali dirayakan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM, yaitu
ketika ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah
diciptakan sejak abad ke-7 SM. Penanggalan dibuat dengan berpusat pada
heliosentris, artinya mengikuti peredaran matahari. Satu tahun dalam
penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari yang dimulai dari
tanggal 1 Januari.
Lalu pada
tahapan berikutnya, momentum ini juga dijadikan sebagai salah satu perayaan
suci orang-orang Kristen. Itulah sebabnya mengapa kalau ucapan Natal dan Tahun
Baru dijadikan satu atau yang biasa
mereka tulis dengan Merry Christmas and
Happy New Year (Selamat Hari Natal dan Tahun Baru).
Dengan demikian,
meramaikan tahun baru bisa berdampak pad kondisi keimanan seseorang. Dalam hal
ini secara tidak langsung kamu telah mengagungkan hari kebesaran mereka,
walaupun bukan, maka kamu merasa lebih senang terhadap hari raya orang
kafir,padahal kamu diperintahkan agar tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan agama
mereka apalagi yang menentang dengan syar’i Islam..
Ibnu Aqil
berkata, “Jika kamu hendak mengetahui
bagaimana kondisi umat islam di suatu tempat, maka janganlah engkau melihat
ketika ramainya mereka di pintu-pintu masjid atau kerasnya suara mereka ketika
melafalkan “labbaika”(ketika berhaji). Akan tetapi lihatlah kondisi wala’
mereka (loyalitas mereka) kepada musuh-musuh Islam.” (Al adab Asy-Syariyyah
Ibnu Muflih 1/238).
2.
Menyerupai
Perayaan Orang Kafir (tasyabbuh)
Merayakan tahun
baru berarti sama saja meniru-niru tradisi orang kafir. Lah kok gitu sih ? iya,
kamu tau ga jika umat Kristiani menggunakan lonceng untuk memanggil jama’ahnya
ketika beribadah, orang Yahudi menggunakan terompet sementara orang Majusi
menggunakan api, maka pada jam 00:00 WIB malam tahun baru semua model tersebut
hadir dalam satu waktu. Lonceng berbunyi, terompet berbunyi, kembang api pun
dinyalakan.
Sehingga benarlah
sabda Rasulullah saw, “Sungguh kalian
akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta sampai jika mereka itu masuk ke lubang biawak, pasti
kalian pun akan mengikutinya.” Lalu kami bertanya, “wahai Rasulullah, Apakah
yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?” beliau menjawab, “Lantas siapa
lagi ?”(HR.Muslim)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Tidak
diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan
Nasrani dalam sebagian perkara.”(Majmu’ Al Fatawa, 27:286).
Oleh karena itu,
Rasulullah saw mengingatkan para sahabatnya agar mereka menyelisihi Yahudi dan
Nasrani dalam segala hal, beliau bersabda :
“Apa yang diinginkan orang ini (maksudnya
Nabi SAW), tidaklah ia meninggalkan sesuatu dari urusan kami, kecuali dia
menyelisihi kita”.
3.
Hura-hura
Penuh Maksiat
Perayaan tahun
baru juga identik dengan kemaksiatan, tidak hanya tentang adanya pesta kembang
api, suara petasan atau terompet, namuun ada yang lebih buruk dari itu, seperti
pesta yang berlangsung sampai larut malam itu tidak pernah sepi dari
panggung-panggung kemaksiatan, dan yang memperburuk yakni campur baur antara
laki-laki dan perempuan lumrah terjadi. Adanya pesta seks, minum minuman keras,
bahkan narkoba sekalipun adalah yang sulit dipungkiri dimalam tahun baru.
So, wajar saja
kan jika perayaan malam tahun baru tidak diperbolehkan dan dicegah, itu yaa
supaya kamu bisa menghindadri hal buruk yang lazim dilakukan, dan agar kamu
tetap terjaga dari kemaksiatan apapun…
Sumber : kiblat
Komentar
Posting Komentar