Manajemen Waktu Dalam Al-Quran
Al-Quran mengingatkan akan kerugian kehidupan manusia dialam fana dalam
perspektif waktu, kecuali bagi yang mengisi atau menjalani kehidupan dengan
beriman dan beramal saleh, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan.
Demi waktu sesungguhnya manusia dalam
keadaan merugi, kecuali orang beriman dan beramal saleh. Iman dan amal saleh
merupakan satu paket.
Waktu shalat ditentukan dengan acuan
posisi matahari yang bisa mengubah suasana di biosfer planet bumi, malam yang kelam
dingin menjadi siang yang panas dan menyilaukan.
Banyak ayat yang membahas mengenai
waktu, tetapi istilah waktu yang disebutkan dalam Al-Quran dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok. Beberapa ungkapan isyarat waktu dalam
Al-Quran mempunyai pengertian satuan atau unit yang kecil sehingga terkesan tak
bisa diukur, seperti sa’ah (sekejap atau sesaat). Ada waktu yang diungkapkan
dengan unit yang lebih besar yaum (hari), syahr (bulan), atau sanah (tahun).
Ada
isyarat waktu yang diungkapkan dengan ungkapan fenomena alam asyiyi, asal atau
petang atausore, fajar, malam, pagi, yang lebih khusus lagi menjelang pagi,
zulafam-minal-lail atau bagian awal malam.
Waktu tanpa batasan
Waktu
di dalam pengertian tanpa batasan yakni seperti sa’ah atau saat. Alquran
menjelaskannya misalnya dalam Al Araf ayat 34, “Dan setiap umat mempunyai
ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan
atau percepatan sesaat pun.“
Waktu dengan hitungan
Waktu
dengan pengertian di dalam bilangan jumlah tertentu atau siklus semacam ‘am,
sinin, dan sanah atau tahun, syahr atau bulan, dan yaum atau hari. Di
Dalam hal ini, Alqur’an tidak menyebutkan adanya waktu yang disebutkan dengan
minggu atau pekan.
Waktu yang diungkapkan dalam bilangan ini banyak
sekali tercantum dalam Alquran. Seperti istilah tahun dalam At Taubah ayat 126,
Yunus ayat lima dan Al hajj ayat 47. Kemudian bulan dalam Al baqarah ayat 185
dan hari dalam As Sajdah ayat lima.
Waktu untuk menyebut fenomena alam
Waktu
yang merupakan bagian dari fenomena malam atau siang hari, seperti disebutkan
dengan istilah-istilah ibkar, gadah, bukrah,dan isyraq atau pagi. Istilah ini
ada dalam beberapa surat Alquran seperti dalam Ali Imran ayat 41, Al An’am ayat
52, Maryam ayat 11 dan Sad ayat 18.
Istilah ‘asyiyi dan asal atau
petang dalam surat Ali Imran ayat 41 dan Al A’raf ayat serta al-‘asr atau sore
dalam al-‘Asr ayat satu.
Waktu juga menjadi bagian dari sebutan-sebutan
lebih kecil dari penggalan waktu pagi, siang dan sore, misalnya yaitu
tarafayin-nahar atau tepi siang , zulafamminal-lail atau bagian awal malam, li
duluqisy-syamsy atau tergelincir matahari, gasaqil-lail atau gelap malam, serta
fajr, an-nujūm, dan saĥar atau menjelang pagi. Bagian-bagian
waktu itu juga dikaitkan dengan nama salat, semacam ad-duha atau sepenggalan
naik, al-‘asr atau sore dan subuh atau subuh di pagi hari.
Komentar
Posting Komentar