Kenapa Doa Tidak di Ijabah ?
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang berdo’a kepada Allah, melainkan Allah Swt akan mengabulkannya. Bisa jadi akan segera dikabulkan di dunia, atau bisa jadi akan menjadi tabungan di akhirat, atau bisa jadi akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya, sesuai dengan do’a yang ia lantunkan, selama ia tidak berdo’a untuk kemaksiatan atau memutuskan tali silaturrahmi, atau terburu-buru.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Bagaimanakah ia terburu-buru? Beliau bersabda: “Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rabb-ku tidak juga mengabulkan permohonanku.” (HR. Tirmidzi)
Takhrij Hadits;
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan (Jami’) nya, Kitab Ad-Da’awat an Rasulillah Saw, Bab Istijabatid Du’a Fi Ghairi Qathi’air Rahimi, hadits no 3531.
Hikmah Hadits;
1.
Bahwa setiap doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba
yang berharap kepada Allah Swt, dan dilakukan dengan cara yang baik, serta
dimunajatkan dengan penuh kesungguhan, insya Allah akan diijabah oleh Allah
Swt, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas. Karena Allah Swt adalah Dzat
yang Maha Mengabulkan segala doa dan permohonan setiap hamba. Allah Swt
berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِیۤ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (QS. Ghafir : 60).
2.
Bahwa doa yang akan dikabulkan Allah Swt sebagaimana
dijelaskan dalam hadits di atas, kriterianya adalah sebagai berikut ;
·
Tidak dalam rangka kemaksiatan kepada Allah Swt
( ما لم يدع بإثم ). Makna sabda Nabi Saw ini ada dua, (1) tidak berdoa meminta
kemaksiatan, dan (2) tidak sedang melakukan perbuatan maksiat.
·
Tidak sedang memutuskan silaturrahim ( أو قطيعة
رحم ). Ia terus menyambung tali silaturrahimnya kepada kerabat keluarga, tidak
memutuskan atau menjauhkan dari kerabat keluarganya.
·
Tidak terburu-buru ( أو يستعجل ). Para sahabat
bertanya kepada Rasulullah Saw perihal terburu-buru. Maka Nabi Saw menjelaskan,
” Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rab-ku tidak juga mengabulkan
permohonanku.” Artinya seorang muslim harus berhusnudzan kepada Allah Swt,
bahwa Allah pasti akan mengabulkan segala permohonanya.
3.
Adapun bentuk ijabah (dikabulkannya doa) seorang hamba
oleh Allah Swt, dapat berbentuk sebagai berikut ;
·
Allah segerakan terkabulnya doa di dunia ( فإما
أن يعجل له في الدنيا ). Artinya apa yang ia mohonkan kepada Allah Swt langsung
Allah ijabah, dan Allah berikan sebagaimana permohonan dan permintaannya.
·
Akan menjadi tabungan di akhirat ( وإما أن يدخر
له في الآخرة ). Artinya Allah tangguhkan ijabah atas doa2nya hingga di akhirat
kelak. Karena bisa jadi doa yang dipanjatkannya tidak menjadi maslahat baginya
di kehidupan dunia.
·
Akan menjadi penghapus atas dosa-dosanya ( وإما
أن يكفر عنه من ذنوبه ), sesuai dengan doa yang ia panjatkan. Karena seorang
mu’min yang benar-benar beriman kepada Allah Swt, pasti akan selalu minta
ampunan atas segala dosa, salah dan khilafnya. Dan sebagaimana hadits di atas,
bahwa Allah Swt akan mengampuni segala dosa-dosa, salah dan khilafnya.
4.
Dalam hadits di atas, tersirat adanya anjuran untuk
selalu berhusnudzan kepada Allah Swt serta tersirat juga adanya larangan untuk
berputus asa dari berharap kepada Allah. Karena Allah Maha Pemurah dan Maha
Pengabul Segala Doa. Dan tentunya Allah Swt tak akan pernah membiarkan
hamba-hamba yang dicintai-Nya terluka dan dirundung duka. Maka berdoalah,
mintalah kepada Allah dengan penuh kesungguhan, insya Allah pasti akan
dikabulkan Allah Swt.
Sumber : arrahmah
Komentar
Posting Komentar